PENDAHULUAN
Dewasa ini, budaya berbicara ahsan di tengah-tengah masyarakat telah tergerus oleh arus budaya yang datang dari Barat, yang tidak lagi memperhatikan dan memenuhi standar yang datangnya dari Syara’. Kebanyaakn manusia saat ini cenderung berkata ‘asal’ dalam pengertian tidak lagi memperhatikan kaidah syara’, apakah hal itu ahsan atau tidak, bahkan terkadang kata-kata yang sangat kotor pun terlontar, baik itu dalam gurauan, celaaan ataupun makian. Hal ini tentu saja tidak boleh dibiarkan begitu saja oleh seorang muslim, karena karakteristik seorang muslim yang baik adalah ia harus senantiasa memperhatikan standar perbuatannya yaitu hukum syara’ yang datangnya dari pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan.
Maka, sejatinya bagi seorang muslim, berbicara ahsan ini harus menjadi budaya dalam kehidupan sehari-hari, terlebih ditengah-tengah masyarakat yang serba kaptalistik seperti saat ini, dimana hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan generasi berkualitas yang akan melanjutkan kepemimpinan peradaban ke depannya.
REALITAS HARIAN DI HSG
Bagaimanapun, anak-anak adalah asset bangsa, asset masa depan yang sangat berharga. Merekalah yang nanti akan melanjutkan kepemimpinan masa depan. Bagaimana jadinya bila dalam keseharian mereka, perilaku mereka, perkataan mereka tidak mencerminkan karakteristik seorang muslim yang sejati, tidak memiliki kepemimpinan yang terbaik.
Di HSG Ma’had Al-Abqary Serang, seringkali masih ditemukan santri-santri yang berkata tidak ahsan. Kata-kata gaul yang saat ini tengah berkembang di masyarakat, yang sering dipromosikan melalui media televisi, seringkali dipakai untuk meledek, mencela temannya, bahkan ketika ego muncul, makian terlontar dari mulut santri. Seperti memanggil nama dengan nama panggilan yang tidak baik, mengucapkan kata-kata ejekan, makian, amarah, dengan nada keras, bahkan juga terkadang melawan ustadz/ustadzah jika dalam kondisi sedang marah.
MENELISIK AKAR MASALAH
Perkataan yang tidak ahsan yang sering dilontarkan oleh para santri di HSG bukanlah tercipta secara kebetulan, namun hal tersebut terjadi Karena ada factor-faktor yang menyebabkan perkataan tidak ahsan itu muncul.
Sedikitnya ada beberapa hal yang, kami analisis, sebagai factor penyebab budaya berkata yang tidak ahsan ini muncul, diantaranya :
BERKATA AHSAN DALAM ISLAM
Perintah untuk berkata ahsan ini ditujukan kepada orang-orang beriman, baik laki-laki maupun perempuan. Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam” (al-Hadits)
Dalam hadits di atas, seruan untuk berkata ahsan bersifat umum, artinya seruan ini berlaku untuk orang beriman laki-laki dan perempuan. Seruan ini mengharuskan orang-orang beriman untuk senantiasa berkata ahsan, jika tidak mampu untuk berkata ahsan, maka lebih baik ia diam, karena jika tidak diam, ia akan terjerumus dalam perkataan tidak ahsan dan ini akan menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam neraka. Perintah untuk diam jika tidak mampu berkata ahsan ini dalam rangka menjaga seorang muslim agar tidak terjerumus dalam neraka. Betapa banyak penghuni neraka yang disebabkan oleh mulut-mulut mereka yang tidak bisa dijaga. Mereka sering berbohong, menghina, mengejek, mencaci maki.
Berkata ahsan ini adalah perkataan yang senantiasa menyeru kepada Allah dan mengajak kepada kebaikan. Allah berfirman dalam kitab suci-Nya:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, ‘Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim” (Q.S. Fushshilat/41 : 33)
Dalam ayat di atas, bahwa berkata ahsan adalah perkataan yang menyeru kepada Allah dan mengajak berbuat kebajikan, maka kata-kata yang mengajak kepada kemaksyiatan, kata-kata kotor, penghinaan, caci maki adalah perkataan yang tidak ahsan.
Rasulullah dan para sahabat adalah orang-orang yang dijamin masuk surga. Mereka senantiasa mengajak kepada Allah dan menyeru kepada kebajikan. Mereka senantiasa berdakwah menyebarkan Islam di tengah-tengah masyarakat saat itu.
Maka, bagi seorang muslim, ia senantiasa harus berkata ahsan dimanapun berada, apapun yang dia lakukan dan kapanpun.
SOLUSI
Untuk menyelesaikan problem perilaku berkata tidak ahsan yang masih sering terjadi diantara para santri, maka harus diberikan solusi agar problem ini terselesaikan, dan tidak ada lagi santri yang menggunakan bahasa yang tidak ahsan.
Hal yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan problem di atas adalah :
Dewasa ini, budaya berbicara ahsan di tengah-tengah masyarakat telah tergerus oleh arus budaya yang datang dari Barat, yang tidak lagi memperhatikan dan memenuhi standar yang datangnya dari Syara’. Kebanyaakn manusia saat ini cenderung berkata ‘asal’ dalam pengertian tidak lagi memperhatikan kaidah syara’, apakah hal itu ahsan atau tidak, bahkan terkadang kata-kata yang sangat kotor pun terlontar, baik itu dalam gurauan, celaaan ataupun makian. Hal ini tentu saja tidak boleh dibiarkan begitu saja oleh seorang muslim, karena karakteristik seorang muslim yang baik adalah ia harus senantiasa memperhatikan standar perbuatannya yaitu hukum syara’ yang datangnya dari pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan.
Maka, sejatinya bagi seorang muslim, berbicara ahsan ini harus menjadi budaya dalam kehidupan sehari-hari, terlebih ditengah-tengah masyarakat yang serba kaptalistik seperti saat ini, dimana hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan generasi berkualitas yang akan melanjutkan kepemimpinan peradaban ke depannya.
REALITAS HARIAN DI HSG
Bagaimanapun, anak-anak adalah asset bangsa, asset masa depan yang sangat berharga. Merekalah yang nanti akan melanjutkan kepemimpinan masa depan. Bagaimana jadinya bila dalam keseharian mereka, perilaku mereka, perkataan mereka tidak mencerminkan karakteristik seorang muslim yang sejati, tidak memiliki kepemimpinan yang terbaik.
Di HSG Ma’had Al-Abqary Serang, seringkali masih ditemukan santri-santri yang berkata tidak ahsan. Kata-kata gaul yang saat ini tengah berkembang di masyarakat, yang sering dipromosikan melalui media televisi, seringkali dipakai untuk meledek, mencela temannya, bahkan ketika ego muncul, makian terlontar dari mulut santri. Seperti memanggil nama dengan nama panggilan yang tidak baik, mengucapkan kata-kata ejekan, makian, amarah, dengan nada keras, bahkan juga terkadang melawan ustadz/ustadzah jika dalam kondisi sedang marah.
MENELISIK AKAR MASALAH
Perkataan yang tidak ahsan yang sering dilontarkan oleh para santri di HSG bukanlah tercipta secara kebetulan, namun hal tersebut terjadi Karena ada factor-faktor yang menyebabkan perkataan tidak ahsan itu muncul.
Sedikitnya ada beberapa hal yang, kami analisis, sebagai factor penyebab budaya berkata yang tidak ahsan ini muncul, diantaranya :
- Pengaruh media yang sering dijadikan rujukan oleh santri dalam perkataannya. Dalam hal ini media televisi sangat berpengaruh besar dalam membentuk perilaku berkata tidak ahsan. Terutama kata-kata yang sering dipromosikan dalam iklan-iklan, sinetron-sinetron, film-film, nyanyian-nyanyian dan lain-lain.
- Lingkungan tempat tinggal santri yang kurang kondusif, dimana teman-teman santri di lingkungannya banyak yang telah terpengaruh dengan arus budaya berkata tidak ahsan, yang ini menular ke para santri.
- Kurangnya pemahaman di dalam diri santri tentang kewajiban berkata ahsan.
- Kurang sinerginya orang tua dengan pihak sekolah, karena kekurangfahaman orang tua dalam mendidik anak untuk berkata ahsan, yang mereka lebih menyerahkan ke pihak sekolah.
BERKATA AHSAN DALAM ISLAM
Perintah untuk berkata ahsan ini ditujukan kepada orang-orang beriman, baik laki-laki maupun perempuan. Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam” (al-Hadits)
Dalam hadits di atas, seruan untuk berkata ahsan bersifat umum, artinya seruan ini berlaku untuk orang beriman laki-laki dan perempuan. Seruan ini mengharuskan orang-orang beriman untuk senantiasa berkata ahsan, jika tidak mampu untuk berkata ahsan, maka lebih baik ia diam, karena jika tidak diam, ia akan terjerumus dalam perkataan tidak ahsan dan ini akan menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam neraka. Perintah untuk diam jika tidak mampu berkata ahsan ini dalam rangka menjaga seorang muslim agar tidak terjerumus dalam neraka. Betapa banyak penghuni neraka yang disebabkan oleh mulut-mulut mereka yang tidak bisa dijaga. Mereka sering berbohong, menghina, mengejek, mencaci maki.
Berkata ahsan ini adalah perkataan yang senantiasa menyeru kepada Allah dan mengajak kepada kebaikan. Allah berfirman dalam kitab suci-Nya:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, ‘Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim” (Q.S. Fushshilat/41 : 33)
Dalam ayat di atas, bahwa berkata ahsan adalah perkataan yang menyeru kepada Allah dan mengajak berbuat kebajikan, maka kata-kata yang mengajak kepada kemaksyiatan, kata-kata kotor, penghinaan, caci maki adalah perkataan yang tidak ahsan.
Rasulullah dan para sahabat adalah orang-orang yang dijamin masuk surga. Mereka senantiasa mengajak kepada Allah dan menyeru kepada kebajikan. Mereka senantiasa berdakwah menyebarkan Islam di tengah-tengah masyarakat saat itu.
Maka, bagi seorang muslim, ia senantiasa harus berkata ahsan dimanapun berada, apapun yang dia lakukan dan kapanpun.
SOLUSI
Untuk menyelesaikan problem perilaku berkata tidak ahsan yang masih sering terjadi diantara para santri, maka harus diberikan solusi agar problem ini terselesaikan, dan tidak ada lagi santri yang menggunakan bahasa yang tidak ahsan.
Hal yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan problem di atas adalah :
- Memberikan motivasi kepada santri untuk berkata ahsan. Bahwa orang-orang terdahulu (Para Nabi, sahabat) yang dijamin masuk surga adalah orang-orang yang dalam keseharian mereka senantiasa berkata ahsan, bahwa orang-orang yang berilmu (fuqaha, ilmuan, ulama) yang terkenal dikalangan umat Islam, adalah orang-orang yang senantiasa menjaga lisannya untuk senantiasa berkata ahsan, mengajak kepada kebaikan.
- Menancapkan pemahaman (persepsi) kepada para santri melalui pembelajaran, kajian-kajian, nasihat-nasihat, propaganda tempel misal kata-kata: “Berkata Ahsan, Penakluk Dunia”, “Berkatalah Yang baik atau diam”, “Berkata Ahsan, Jalan Menuju Surga. Berkata Tidak Ahsan, Jalan Menuju Neraka”, dan lain-lain.
- Memberikan pembekalan kepada orang tua santri dan juga guru-guru agar memahami dan menyadari tentang kewajiban berkata ahsan. Hal ini bisa dilakukan dalam parenting dan kajian mingguan. Sehingga dalam proses mendidik anak lebih optimal dan melahirkan generasi yang berkualitas dan berjiwa pemimpin.
- Melakukan monitoring kepada para santri, baik pada saat di sekolah/ma’had maupun di rumah. Pada saat di sekolah/ ma’had, ini bisa dilakukan pengawasan langsung oleh guru dan pembimbing ma’had, pada saat di rumah, ini harus ada kerja sama antara guru dan orang tua, sehingga para santri terkontrol dan bisa memungkinkan untuk tidak lagi mengakses televisi yang menayangkan sinetron-sinetron atau film-film atau iklan-iklan yang tidak bermutu.
- Pemberian sanksi bagi santri yang kedapatan berkata tidak ahsan. Sanksi ini bisa berupa sanksi social yaitu dijauhkan dari teman-temannya untuk sementara waktu, bisa juga diberikan sanksi dengan dilakban mulutnya jika terus menerus masih berkata tidak ahsan, sampai sanksi fisik berupa membersihkan kamar mandi dan toilet di ma’had. Hal ini dilakukan agar berkata ahsan menjadi budaya di kalangan para santri, baik pada saat santri berada di sekolah atau ma’had, di rumah ataupun ketika berada di tempat-tempat lain.