Allah menciptakan manusia sebagai afdhalul makhluqat, yaitu bahwa Allah menjadikan manusia lebih utama/lebih mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya, termasuk malaikat. Keutamaan/kemuliaan manusia dibandingkan makhluk lainnya terletak pada akalnya. Kapasitas akal manusia memiliki potensi untuk menjadikan manusia sebagai Khalifah fil ardh. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 30 :
“Aku hendak menjadikan Khalifah di bumi…”
Kapasitas akal akan menjadikan manusia sebagai khalifah fil ardh, dimana khalifah fil ardh ini berarti bahwa manusia akan mampu menata kehidupan di bumi. Menata di sini berarti menata berdasarkan pemikiran. Konsep penataan itu harus berangkat dari pemikiran-pemikiran.
Problem manusia dari berbagai persoalan dan berbagai aspek di dalam kehidupannya, semua itu bisa diselesaikan dan bisa ditata sehingga hidup manusia di bumi ini menjadi mulia dan harmonis bersama makhluk-makhluk Allah yang lainnya sesuai dengan porsinya masing-masing. Kehidupan manusia yang mulia dan harmonis ini akan terwujud apabila ditata dengan pemikiran-pemikiran yang benar. Hal itu terjadi karena akal manusia mampu melakukan aktivitas berfikir. Maka, kata kunci manusia mampu menata kehidupan di bumi adalah dengan melakukan aktivitas berfikir. Aktivitas berfikir inilah yang akan melahirkan pemikiran-pemikiran dan produknya adalah bisa berupa ilmu pengetahuan (sains teknologi) dan bisa berupa Tsaqafah (ilmu yang mengandung tata nilai).
Ilmu pengetahuan dan Tsaqafah menjadi modal manusia untuk menata kehidupan di bumi. Hal ini berarti bahwa manusia akan mampu menyelesaikan seluruh problematika kehidupannya, bukan hanya dalam persoalan individu dan keluarga, tetapi juga masyarakat, bangsa dan dunia. Karena konsep manusia sebagai khalifah fil ardh itu adalah penataan kehidupan di bumi yang artinya berskala dunia, sehingga akan tercipta kebaikan-kebaikan dalam kehidupan umat manusia. Dengan konsep ini, manusia tidak akan merusak makhluk-makhluk lainnya, sehingga makhluk-makhluk lainnya akan hidup berdasarkan porsi yang diberikan Allah SWT. Porsi alam semesta (tumbuhan, hewan, tanah, udara, air) diciptakan Allah SWT untuk dimanfaatkan oleh manusia, sebagaimana Firman Allah SWT :
“Dia lah (Allah) yang telah menciptakan untuk kalian segala sesuatu yang ada di bumi.” (QS. Al-Baqarah: 29)
Ayat tersebut menegaskan bahwa Semua yang ada di alam semesta ini telah disiapkan oleh Allah untuk dimanfaatkan oleh manusia. Jika manusia tidak mampu memelihara apa yang telah disiapkan oleh Allah, maka yang terjadi adalah munculnya berbagai penderitaan. Sebagai contoh, Allah telah menyiapkan air untuk manusia. Air yang telah disiapkan oleh Allah ini adalah air yang bersih, bukan yang kotor. Tapi kenapa saat ini air besih menjadi sulit? Hal itu terjadi karena kedzaliman manusia, yang serakah, yang tidak menggunakan aturan penciptanya untuk mengatur kehidupan, termasuk dalam pengelolaan air ini.
Allah telah membuat mekanisme terkait air, dimana Allah telah menyiapkan air ini untuk kebutuhan manusia dalam jumlah yang cukup dan kualitas terbaik. Dalam bahasa sains kualitas air terbaik ini artinya memiliki kandungan mineral yang tinggi dan kandungan logam beratnya NOL. Refresentasi kualitas air terbaik adalah mata air-mata air di pegunungan. Dimana air pegunungan ini bisa langsung diminum tanpa perlu dimasak. Dan di surga, kualitas minuman apapun semuanya dalam bentuk mata air. Bukankah Al-Qur’an sudah memberitakan hal itu?
“Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir”. (Q.S Ar-Rahman : 50)
“Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar”. (Q.S Ar-Rahman : 66)
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa (Muttaqiin) itu berada dalam surga (taman-taman) dan di dekat mata air-mata air yang mengalir” (Q.S Al-Hijr :45)
"Di dalamnya ada mata air yang mengalir” (Q.S. Al-Ghasyiyah: 12)
Sementara di dunia, kualitas minuman terbaik yang bersumber dari mata air dan tidak bisa diproses oleh manusia adalah air zam-zam. Subhanallah, semua yang ada di alam semesta ini bisa dimanfaatkan oleh manusia kecuali yang dilarang. Subhanallah, tiadalah Allah menciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha Suci Allah, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Akal manusia memiliki kemampuan melahirkan pemikiran-pemikiran yang mampu menata kehidupan di dunia dan hidup harmonis serta mampu memenuhi semua kebutuhannya dengan kualitas terbaik. Maka, ketika manusia tidak mampu menyelesaikan problematika kehidupannya dengan benar, yang salah adalah jiwa manusia itu sendiri yang tidak mau menggunakan akalnya.
Pemikiran-pemikiran yang ada sekarang justru tidak memfungsikan akal manusia, terutama bangsa-bangsa kaum muslimin. Hal itu terjadi, tidak lain dan tidak bukan adalah agar bangsa-bangsa kaum muslimin bisa ditata oleh kaum kafir. Sebab, jika kapasitas akal kaum muslimin dikembalikan pada porsinya, maka kaum musliminlah yang akan menata bumi, yang artinya kaum musliminlah yang akan memimpin peradaban dunia. Inilah yang sangat ditakutkan Barat.