Sengaja aku ingin mendengarkan lagu-lagu jadul, maklum, aku kan jadul, jadi taunya music jadul juga. Lagu-lagu sekarang banyak yang tidak hafal, bukan banyak sih tapi hampir semua, karena aku sudah jarang mendengarkan musik, tidak seperti dulu. Dan aku juga bukan pengamat music, jadi lengkaplah sudah ketidaktahuanku tentang music.
Sebenarnya karena ingin menulis sesuatu untuk teman-teman yang sudah tidak bersama lagi di gerakan yang sama. Ingin mengajak mereka kembali bersama, tapi tidak bisa memaksa juga. Mungkin ini adalah curahatan hatiku yang terdalam buat teman-teman.
Lagu itu melantun, terdengar mellow.
Tiba saat mengerti, jerit suara hati
Letih meski mencoba
Melabuhkan rasa yang ada
Ketika masih kuliah dulu, aku mempunyai adik ngaji. Ada beberapa yang berada dalam binaanku. Sementara aku sendiri masih berproses, belum cukup ilmu dan pengalaman untuk membina, membimbing dan mengarahkan mereka. Jadi ya masih meraba-raba menuntun dan mengawal mereka, learning by doing gitu lah.
Seiring berjalannya waktu, segalanya berubah. Adik-adik yang tadinya semangat bergerak, lama-lama semangatnya mengendur juga, entah kenapa. Aku tidak bisa mengorek lebih dalam kevakuman mereka dalam dakwah. Meski ada juga yang beralasan ditentang orang tua. Tapi aku rasa itu bukan alasan utama mereka. Karena dulu pun aku juga pernah ditentang orang tua, tapi segalanya berubah dan berjalan baik dengan proses pendekatan yang intensif kepada orang tua. Kalau dengar-dengar dari temannya sih, ada yang kecewa dengan seseorang, sehingga ia enggan lagi untuk bergerak. Ada juga yang tidak percaya diri, ada juga yang keluar karena telah melanggar syara’ dan belum mau kembali lagi, ada juga karena alasan kerja. Entahlah.
Lagu itu terus mengalir, menyayat hati.
Mohon tinggal sejenak, lupakanlah waktu
Temani air mataku, teteskan lara
Merajut asa, menjalin mimpi, endapkan sepi-sepi
Ya, inginnya bersama merajut asa, menjalin mimpi seperti kata Dewa 19. Tapi apa daya, jika jalan yang diambil berlawanan arah. Jalan kita sudah berbeda. Mungkin asa dan mimpi kita sudah berbeda, tak sama lagi. Maka, mungkin tak bisa seiring sejalan lagi, meski mungkin juga selalu ada kesempatan untuk berubah, untuk bisa bersama lagi. Segala kemungkinan selalu ada, dan harapku, mereka kembali kepada jalan yang dulu mereka tempuh dengan peluh dan air mata, jalan perjuangan yang penuh dengan onak duri.
Jeritan Ari lasso melengking menyayat hati lagi.
Cinta ‘kan membawamu,
kembali disini, menuai rindu, membasuh perih
Bawa serta dirimu,
dirimu yang dulu, mencintaiku, apa adanya
Aku ingin mereka kembali, seperti dulu. Kembali karena cinta, bukan karena yang lain. Cinta kepada Tuhannya. Dan aku yakin, suatu saat, kecintaan mereka kepada Islam lah yang akan menarik mereka kembali pada jalan ini. Semoga.
Lagu itu terus mengalir, menemaniku menuliskan rasa dan pikirku.
Saat dusta mengalir, jujurkanlah hati
Genangkan batin jiwamu, genangkan cinta
Seperti dulu, saat bersama, tak ada keraguan
Semestinya, menjalankan kewajiban itu tanpa ragu, tanpa tanya. Keraguan haruslah dibuang jauh-jauh. Menjalankan kewajiban seharusnya dengan keyakinan, bukan dengan keraguan. Begini jadiny jika menjalankan kewajiban penuh dengan keraguan, yang terjadi tersingkir dari perjuangan. Tapi aku masih selalu berharap, mereka kan kembali. Seperti lagunya Dewa 19. Kembali menuai rindu akan kejayaan peradaban gemilang, membasuh perih dalam perjuangan menegakkan kemuliaan Islam.
Cinta ‘kan membawamu,
kembali disini, menuai rindu, membasuh perih
Bawa serta dirimu,
dirimu yang dulu, mencintaiku, apa adanya
Lamat-lamat lagu berakhir. Memberikan ruang bagi lagu selanjutnya. Come away with me nya Norah Jones.